Asal Usul Nama Kota Malang

Etimologi

 

Asal gagasan penjulukan buntung dekati saat ini tengah diperdebatkan oleh para pakar histori. sapaan “buntung” timbul awal kali p memiliki Prasasti Pamotoh/Ukirnegara (1120 Saka/1198 Kristen) yang ditemui pada bertepatan pada 11 Januari 1975 oleh seseorang administrator perkebunan Bantaran di Wlingi, Kabupaten Blitar. Dalam prasasti tembaga itu,  salah satu bagiannya (dengan terjemahannya selaku seterusnya) selaku seterusnya. https://uin-malang.ac.id/

 

…taning sakrid buntung-akalihan

 

wacid pasangan macu pasabhanira

 

dyah kura Makanagran I…

 

…di bagian timur tempat mengejar kurang lebih buntung

 

bersama wacid serta mancu,

 

persawahan Dyah kura ialah…

 

buntung di mari merujuk pada semacam wilayah di timur Gunung Kawi. sekalipun sudah diketahui kalau pemanfaatan buntung paling tidak sudah berjalan semenjak   masa ke-12 Kristen, tidak mampu ditentukan asal mula penjulukan areanya.

 

tesis awal merujuk pada panggilan semacam gedung ceria bernama buntungkuçeçwara (diucapkan [ketewasanŋkuʃeʃworo]). konstruksi ceria itu diujarkan dalam 2 prasasti Raja Balitung dari Mataram Kuno, ialah Prasasti Mantyasih tahun 907 Kristen serta Prasasti 908 Masehi.[22] Para pakar tengah belum memperoleh konsensus di mana gedung itu terletak. Di satu arah, ada beberapa pakar yang menyebut kalau gedung buntungkuçeçwara terdapat di wilayah Gunung Buring, sebuah pegunungan yang menghampar di bagian timur Kota Malang di mana kedapatan salah satu puncaknya bernama “Malang”.[22] Pihak yang lain di arah lain mengancar-ancar kalau posisi sebetulnya dari gedung ceria itu kedapatan di wilayah menumpang, Kabupaten Malang. Di wilayah itu, kedapatan semacam pedalaman bernama Malangsuka, yang bagi para pakar histori bermula dari sabda Malangkuça (diucapkan [malankuʃoː]) yang diucapkan terlangkup. pernyataan ini diperkuat oleh kehadiran peninggalan-peninggalan kuno di kurang lebih menumpang serupa Candi juara serta Candi kiri yang ialah area Kerajaan Singhasari.[22]

 

sapaan Malangkuçeçwara terdiri menurut 3 sabda, ialah mala yang berarti kebatilan, ketakjujuran, kecurangan, serta kedurjanaan, angkuça (diucapkan [aŋkuʃo]) yang berarti menumbangkan ataupun membunuh, serta içwara (diucapkan [iʃworo]) yang berarti Tuhan. Oleh gara-gara itu, Malangkuçeçwara berarti “Tuhan sudah menumbangkan yang batil”.[23]

 

tesis kedua merujuk semacam stori penyerangan kawanan sultanat negara Mataram ke Malang pada 1614 yang dipimpin oleh Tumenggung Alap-Alap.[24] bagi riwayat masyarakat, kedapatan semacam obrolan antara Tumenggung Alap-Alap dengan salah satu pembantunya tentang keadaan wilayah Malang saat sebelum penyerangan diawali. Pembantu dari Tumenggung Alap-Alap itu menuturkan masyarakat serta prajurit dari wilayah itu selaku masyarakat yang “menghalang-halangi” (apes dalam Bahasa Jawa) kehadiran dari kawanan Mataram. sehabis pendudukan itu, pihak Mataram menyebut wilayah itu Malang.[25] https://iblu-academy.co.id/